Dirundung Rindu Kampung (esai)

Minggu, 22 Januari 2012

“Kampuang nan jauh di mato
Gunuang Sansai Baku Liliang
Takana Jo Kawan, Kawan Nan Lamo
Sangkek Basu Liang Suliang”

                      Cuplikan lagu diatas diambil dari salah satu lagu daerah yang kita miliki, “Kampuang Nan Jauah di Mato”. Ya, lagu daerah dari Sumatera Barat ini menceritakan kerinduan terhadap kampung halaman. Kampung halaman yang dikelilingi dengan alam yang bersahabat dan orang-orang baik yang suka bergotong-royong. Begitupun dengan bangsa Indonesia yang saat ini merindukan hidup nyaman dengan alam dan manusia yang hidup bersama mereka.
                      Indonesia, negara yang terkenal sebagai negara yang kaya. Indonesia memiliki beribu-ribu pulau yang tersebar di seluruh nusantara. Keadaan seperti itu membuat Indonesia penuh dengan kekayaan alam, keindahan hutan tropis, dan surga kicauan burung.
Indonesia memiliki luas perairan seluas 3.257.483 km² dan panjang pantai sekitar 54.716 km, Wikipedia. Bayangkan saja, dengan luas perairan yang sangat luas tersebut, Indonesia dapat mengambil kekayaan laut di dalamnya yang sangat melimpah. Ya, negara Indonesia adalah negara yang kaya, tapi pernahkan kita berpikir bagaimana agar kita dapat menjaga keutuhan alam kita?<!-- more -->
                        Sumber daya alam Indonesia dulunya tak diragukan lagi, namun banyak tangan jail yang mencoba menggerusnya demi keserakahan. Lihatlah tangan-tangan itu sekarang membuat bumi Indonesia remuk, alam mengamuk, dan hutan-hutan gundul karena penebangan liar dimana-mana. Hutan mulai gundul karena ditebang oleh manusia, padahal kita tahu hutan merupakan sumber daya alam yang melimpah. Airpun sudah mulai kering karena adanya pemanasan global.
                       Manusia dan perilakunya mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia dengan makhluk yang lain. Sebagai manusia, pada dasarnya kita adalah bagian dari keadaan alam itu sendiri. Akan tetapi kita belum menyadari hal itu sepenuhnya. Selama ini kita hanya menggali saja tanpa peduli akan batas. Hal itulah yang memicu kerusakan keadaan alam Indonesia. Pemanfaatan kekayaan alam Indonesia tanpa diimbangi wawasan lingkungan dan kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan alam. Tanpa kita sadari selama ini kita telah merencanakan banyak bencana yang akan menyengsarakan kita. Hukum timbal balik berlaku untuk manusia yang selama ini mengabaikan peringatan alam. Seharusnya kita peka dengan teguran-teguran dari alam untuk kita. Teguran sayang yang berupa musim kemarau berkepanjangan, hujan yang terlalu deras sehingga mengakibatkan banjir dan longsor dimana-mana, polusi udara di daerah perkotaan, menumpuknya sampah di berbagai tempat dan berkurangnya lahan untuk pepohonan. Teguran yang menandakan bahwa tak lama lagi akan terjadi bencana jauh lebih dahsyat dari sekarang ini.
                       Selain kerusakan alam, Indonesia juga kehilangan jati diri bangsa Indonesia sendiri. Budaya gotong-royong, bantu-membantu, dan lain sebagainya kini susah ditemukan di negara ini. Jika budaya tersebut masih ada, pasti terdapat di desa yang belum mengenal modernisasi. Sekarang ini manusia lebih mementingkan kepentingan pribadinya daripada kepentingan golongan. Masyarakat kota terlalu mengejar uang, dan mengesampingkan yang lainnya. Dan akhirnya mereka melupakan budaya gotong-royong yang khas Indonesia.
                       Pada masyarakat kota sikap individualis semakin meningkat. Barangkali inilah salah satu faktor meningkatnya sikap individualistik dan punahnya budaya gotong-royong di perkotaan. Sikap Individualisme memang tidak asing lagi dalam kehidupan perkotaan. Dimana kesenjangan sosial sangat jelas terlihat membuat jarak dalam masyarakat perkotaan. Dampak yang sangat terasa dari sikap individualisme adalah hilangnya nilai-nilai kebersamaan dalam masyarakat. Masyarakat perkotaan jauh dari sikap tolong-menolong dan tenggang rasa. Yang terlihat adalah masyarakat yang tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya karena hanya mementingkan diri sendiri. Masyarakat perkotaan memiliki jiwa kebersamaannya yang minim. Selain itu, kurang dapat bersosialisasi karena masing-masing individunya sudah sibuk dengan pekerjaannya. Tidak jarang ditemui masyarakat kota tidak saling bertegur sapa apabila bertemu dengan tetangganya. Hal ini dikarenakan antar tetangga tidak terjalin komunikasi sehingga tidak saling mengenal. Bahkan tetangga yang berjarak satu rumah pun mereka bisa saja tidak saling kenal. Sehingga, nilai-nilai kebersamaan seperti saling menolong antar warga dan tenggang rasa mulai memudar. Kegiatan gotong-royong dan kerja bakti akan sangat sulit ditemui di kehidupan masyarakat kota.
                       Masyarakat desa berbeda dengan masyarakat kota. Masyarakat desa mempunyai rasa kebersamaan yang kuat. Di daerah pedesaan masih ada budaya-budaya dimana perbedaan itu terlihat indah, seperti budaya ”gotong-royong”.  Wujud kekeluargaan itu terlihat dari desa-desa yang saling menutupi kekurangan bahan-bahan makanan untuk dikonsumsi rakyat desanya.
                       Seperti itulah seharusnya bangsa Indonesia hidup bersama dengan masyarakat lainnya. Saling gotong-royong dan saling membantu. Tapi apa daya zaman sudah berubah, manusia semakin serakah dan semaunya sendiri. Kekayaan alam dihabis-habiskan untuk kepentingan sendiri. Budaya gotong-royong pun ditinggalkan. Kita sebenarnya tahu apa yang seharusnya kita lakukan, tapi untuk merealisasikannya terlalu sulit untuk kita lakukan. Mengapa? Karena manusia masih terlalu egois.
                       Indonesia memang negara yang kaya akan alam dan budayanya. Namun warganya tidak bisa mempertahankan anugerah Tuhan YME tersebut. Mungkin di benak kita sangat merindukan Indonesia yang nyaman untuk hidup bersama. Mungkin juga kita menginginkan perubahan pada negara ini, kembali seperti dahulu saat alam masih bersahabat dan belum ada manusia egois. Ya, kita semua memang merindukannya, seperti lagu “Kampuang Nan Jauah di Mato” dibawah ini.

Kampuang nan jauh di mato
Gunuang Sansai Baku Liliang
Takana Jo Kawan, Kawan Nan Lamo
Sangkek Basu Liang Suliang

Panduduknya nan elok nan
Suko Bagotong Royong
Kok susah samo samo diraso
Den Takana Jo Kampuang

Takana Jo Kampuang
Induk Ayah Adik Sadonyo
Raso Mangimbau Ngimbau Den Pulang
Den Takana Jo Kampuan
 
♥☻ I Love Mine ☻♥. Buy Engagement Rings | Infidelity in Marriage by Blogger Templates